Dunia bisnis saat ini sudah sangat berkembang, mulai dari bisnis kecil-kecilan, menengah, hingga usaha secara besar-besaran. Dalam buku Pengantar Bisnis karya Buchari Alma dalam edisi revisi 2006, agar usaha dapat berjalan dengan sukses maka perlu diorganisasikan. Dalam mengorganisasi suatu bisnis atau usaha tentunya harus memperhatikan unsur-unsur bisnis yang ada. Unsur bisnis yang perlu mendapat perhatian pengusaha yaitu lingkungan bisnis, karena lingkungan sangat besar pengaruhnya kepada efisiensi dari operasional perusahaan dan kemampuannya untuk memperoleh keuntungan, Untuk itu setiap pemilik dan pemimpin usaha harus dapat memahami keadaan lingkungannya dan dampak lingkungan tersebut terhadap usahanya. Begitu pula dengan organisasi bisnis, suatu bisnis akan menjadi jelas apabila terstruktur.

Ahli manajemen merumuskan prinsip-prinsip untuk mencapai organisasi yang baik hendaklah ada prinsip hirarki dan prinsip kesatuan komando. Prinsip hirarkhi adalah filsafat yang mengharuskan adanya rangkaian pimpinan yang jelas dari posisi paling tinggi ke posisi paling rendah dalam sebuah perusahaan. Sedangkan prinsip kesatuan komando adalah filsafat bahwa tiap orang di perusahaan harus melaporkan hanya kepada satu pengawas. Ini menjamin bahwa tiap perintah dapat dimengerti dan tidak terjadi pertentangan perintah dari dua atau lebih pengawas.

Berbicara pengertian perilaku organisasi, banyak ahli memberikan definisi. Pendapat pertama menurut  Toha dalam bukunya Kepemimpinan & Prilaku Organisasi (2001) bahwa yang dimaksud perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Perilaku organisasi merupakan suatu istilah yang agak umum yang menunjukkan kepada sikap dan perilaku individu dan kelompok dalam organisasi, yang berkenaan dengan studi sistematis tentang sikap dan perilaku, baik yang menyangkut pribadi maupun antar pribadi di dalam konteks organisasi.

Berdasarkan dari berbagai pendapat diatas, maka secara singkat dapat dikatakan perilaku organisasi tersebut berkenaan  studi  tentang apa yang dilakukan orang-orang dalam suatu organisasi dan bagaimana perilaku (individu atau kelompok) yang mempengaruhi kinerja dari organisasi.

Dalam kaitan ini  maka ruang lingkup perilaku organisasi berkenaan dengan perilaku individu atau perorangan, perilaku kelompok dan struktur organisasi yaitu perilaku individu dan perilaku kelompok mempengaruhi organisasi dan organisasi mempengaruhi perilaku individu dan perilaku kelompok. Kajiannya dalam perilaku organisasi meliputi sikap dan persepsi manusia, dalam hal ini sikap pegawai/karyawan terhadap pekerjaannya, terhadap rekan sekerja, pimpinanya, serta perilakunya dalam konflik, kerjasama, komunuikasi, motivasi dan lain-lain.

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.

Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.

Winkel dalam bukunya Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar (1997) mengatakan bahwa dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan. Dengan demikian setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan.

Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.

Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata. Disini, partisipasi diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Contoh sebuah pertanyaan kritis muncul berkaitan dengan fenomena perusahaan dengan excellent performance seperti Sony, Samsung, Toyota, Microsoft, Asus, Maersk, atau Citibank: Bagaimana perusahaan-perusahaan tersebut mampu bertahan puluhan bahan hampir seratus tahun dan selama waktu tersebut mampu secara konsisten mempertahankan kinerjanya yang excellent? Bagaimana mereka bisa demikian adaptif, tahan dan tegar menghadapu sebesar apapun hempasan perubahan lingkungan bisnis? Begitu juga, bagaimana mereka bisa demikian inovatif dan mampu dengan cepat memanfaatkan peluang-peluang bisnis baru dan reinventing the industry yang menjadi basis dan menentukan masa depannya?

Hal ini dikarenakan mereka memiliki tiga komponen inti dari perilaku perusahaannya, yaitu inspirasi, kultur, dan institusi yang kokoh. Ketiganya ini bersifat komplementer, sehingga masing-masing harus dapat bersatu padu saling mendukung dan menguatkan. Ketika ketiga komponen ini bisa berjalan secara serasi dan saling mendukung, maka organisasi yang terbentuk akan mampu secara efisien dan efektif mangalokasi sumber daya di satu sisi, dan meminimalisasi resiko disisi lain.

Inspiration is about the dream, culture is about personality, and institution is about the activity. Untuk sukses, sebuah organisasi harus memiliki mimpi, kepribadian, dan aktifitas.

Organisasi sesungguhnya tidak jauh beda dengan manusia. Setiap hari kita menjalankan aktifitas dan kita selalu berusaha agar semua aktifitas tersebut berjalan secara effektif sehingga kita bisa dengan efektif pula mencapai apa yang kita inginkan. Disitu juga ada mimpi atau cita-cita mengenai apa yang ingin kita tuju dan capai.

Disamping itu, kita juga memiliki kepribadian dan kultur yang menentukan pola pikir dan pola tindak kita dalam menjalankan aktifitas tersebut. Tentu saja kepribadian yang baik akan dapat mendukung dan berpengaruh positif terhadap setiap aktifitas kita dalam mencapai apa yang kita inginkan. Sebaliknya, kepribadian dan kultur yang buruk akan berdampak kontraproduktif dan menghambat setiap aktifitas kita dalam mencapai apa yang kita inginkan.

Selain sebuah organinasi harus memiliki system evaluasi yang memungkinkan kinerja organisasi bisa diukur, mereka juga harus memfasilitasi values & behaviors yang hidup dan berkembang dalam perusahaan tersebut.***